Gambaran Umum
Peristiwa kebetulan terkadang membawa kita ke suatu tempat yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Begitu juga ketika saya akan pergi ke Bukittinggi melalui jalur yang belum pernah saya lewati, yaitu Puncak Pato. Biasanya, dari Padang Sibusuk, Kabupaten Sijunjung saya melewati Kota Sawahlunto jika akan menuju Kota Bukittinggi; kali ini saya berpindah jalur melalui Lintau di Kabupaten Tanah Datar.Karena belum pernah, saya harus bertanya sana-sini, jalan pintas menuju Batusangkar, yaitu Kota sebelum menuju Bukittinggi. Di situlah saya menemukan pemandangan di Puncak Pato yang indah yang kebetulan saya lewati tanpa sengaja. Dari Puncak Pato saya bisa melihat dengan leluasa pemandangan di bawahnya. Gemah Ripah Loh Jinawi kata yang tepat untuk menggambarkan Kecamatan Sungayang hingga pemandangan ke kaki gunung merapi; yang artinya kurang lebih tentram, makmur dan subur. Bagaimana tidak, di sepanjang jalan saya mendapati hamparan sawah penduduk yang luas berjenjang dengan padinya yang mulai menguning pertanda siap dipanen. Tanah di daerah tersebut terlihat cukup subur dengan banyaknya air yang melimpah, membuat udara di kawasan tersebut cukup segar dan dingin. Selain sawah, ladang tebu dan pohon kulit manis banyak ditemukan di daerah ini. Pemandangan lebih eksotis manakala mata menuju atap-atap kawasan "Rumah Gadang" (Rumah tradisional minangkabau) yang masih tetap dilestarikan dan sudah langka ditemukan di ranah Minang.
Lokasi Puncak Pato berada di Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, atau kurang lebih sekitar 17 km dari Kota Batusangkar. Masyarakat di kawasan areal Puncak Pato sangat bersahabat dan ramah. Semua orang yang saya temui selalu menjawab dengan senang hati seperti saat saya minta ditunjukkan arah jalan, ketika saya menanyakan suatu tempat ataupun informasi lain.
Dari berbagai informasi inilah saya baru tahu tentang Puncak Pato yang berada di Bukit Marapalam, sarat akan sejarah yang berkaitan dengan Kemerdekaan Indonesia. Puncak Pato merupakan benteng pertahanan Kaum Paderi pimpinan Tuanku Imam Bonjol selama perang paderi berlangsung.Tempat tersebut juga menjadi saksi peristiwa bersejarah perjalanan masyarakat adat Minangkabau. Di mana di bukit inilah terlahir "Sumpah Sati Bukit Marapalam", yaitu tercapainya kesepakatan antara kaum adat dan kaum agama. Tercapanyai mufakat bahwa antara adat dan agama bukanlah suatu hal yang dipertentangkan, maka tercetuslah kata bijak yang hingga saat ini selalu dijadikan pegangan hidup bermasyarakat di Minangkabau, yaitu "Adat Basandi Syarak, dan Syarak Basandi Kitabullah (Adat yang didasarkan kepada syariat agama Islam, dan Syariat ini berdasarkan kepada Alqur'an dan Hadist). Sebagai lambang perwujudan dari tercapainya kesepakatan di Puncak Pato, maka didirikan tiga patung ninik mamak (orang yang dituakan dalam adat) masyarakat Minangkabau.
Kegiatan
Selain bersantai dan melepaskan lelah dari kepenatan kerja sehari-hari, dari Puncak Pato kita bisa mengabadikan keindahan alam sekitar dari ketinggian. Atau bisa juga memanjakan mata dengan melihat hamparan sawah dan menyaksikan aktifitas petani yang ada di sekitar Puncak Pato.Untuk mengetahui sejarah lebih jauh bisa dilakukan dengan menggali berbagai informasi dari penduduk setempat. Jika ingin merasakan suap demi suap bekal makan siang yang terasa lebih lezat, dijamin udara yang cukup dingin sangat mendukung semua yang kita bawa menjadi lebih enak dan nikmat bila disantap di sini.
0 Response to "Puncak Pato"
Post a Comment
MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS