Pacu Jawi/Lomba Balap Sapi di Batusangkar

pacu jawi1
Menuju Arena Pacuan
Pada kondisi matahari terik saya tiba di TKP.
Alunan irama khas Minang terdengar dari alat musik tradisional. Puluhan ... barangkali ratusan sapi telah berjejer di areal bekas sawah yang telah usai dipanen. Lokasi ini bukanlah pasar sapi dadakan. Sapi-sapi dikumpulkan bukan untuk dijajakan, sama sekali bukan! Tapi untuk mengikuti pacu jawi, kata padannya adalah balapan sapi. Gara-gara pacu jawi sering diperbincangkan, saya jadi penasaran dan segera cabut begitu melihat informasi di linimasa sosmed seorang kawan bahwa event tersebut sedang diadakan di Sungai Tarab.

Pacu Jawi. Hampir mirip dengan karapan sapi madura, bedanya arena pacu jawi adalah bekas sawah berlumpur, sedangkan karapan sapi dilakukan di lintasan kering. Ratusan tahun silam pacu jawi hanyalah kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat untuk mengisi waktu luang sehabis masa panen. Kini kebiasaan tersebut telah menjadi kalender pariwisata nasional yang diadakan setiap tahunnya di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tiap tahunnya selama sebulan, diadakan secara bergilir di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar, yaitu  Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lima Kaum, dan Kecamatan Sungai Tarab.
Menjelang lomba saya jadi kepo, berjalan mendekat ke arena. Sapi yang mendapat giliran, digiring oleh pemiliknya/joki sembari menggotong bajak pacu yang terbuat dari bambu, untuk berpijak. Walau disebut balapan, sepasang sapi hanya berlari sendiri tanpa lawan, bukan berlomba untuk mencapai garis finis dengan lawan sebagaimana layaknya perlombaan. Rata-rata sapi terlihat gelisah dan ingin melepaskan diri begitu dipaksa masuk arena berlumpur yang digenangi air setinggi lutut orang dewasa. Beberapa orang terpaksa memegang sapi2 tersebut. Masing-masing dari 2 (dua) ekor sapi untuk setiap perlombaan mulai dipasangi alat bajaknya dan diupayakan berdiri bersebelahan.

Pertandingan dimulai. Setelah berada di posisi tepat. Seorang joki bersiap untuk mengendarai sepasang sapi tersebut dan menginjak alat bajak yang terpisah tersebut. Walaupun demikian joki harus berusaha mengendalikan sapi agar berlari tetap berdampingan dan menjaga keseimbangan dengan memegangi ekor kedua sapi. Disini uniknya, cara membuat sapi berlari! Bukan dilecut seperti memerintah kuda agar lari tapi ekor sapi harus dipegangi. Semakin kuat ekor kedua sapi itu dipegang serta dipuntir oleh joki, semakin cepat pula sapi itu berlari.

pacu jawi
Joki Berpegangan Pada Ekor Sapi
Beberapa kali saat perlombaan terlihat sapi berlari liar tanpa arah, terlepas dari tangan joki. Berbelok atau menjauh dari sapi pasangannya, terjun ke sawah sebelah yang lebih rendah. Buntutnya? Gotcha!...joki jatuh terguling-guling. Penonton riuh tertawa saat hal tersebut terjadi. Toh, kejadian itu tak lantas membuat joki ngenes, sebaliknya malah tertawa2 sambil terbangun dari jatuhnya. Padahal, penilaian dalam pacu jawi bukan hanya kecepatan waktu tempuh. Pemenang pacu jawi adalah yang sepasang sapinya dapat berlari paling lurus tanpa sedikitpun berbelok hingga ke garis akhir atau garis finish.

Seru juga melihat acara lomba pacu jawi, meski tak sedikit penonton yang terkena cipratan lumpur. Saya berpindah agar tak kehilangan moment mendapat angle gambar yang saya anggap bagus. Bergabung dengan beberapa rombongan fotografer profesional (beberapanya bermata sipit dan lainnya berkulit putih) yang berdiri pada posisi strategis. Setelah cukup puas saya memutuskan untuk pulang sebelum acara berakhir. Menuju tempat parkir, saya berpapasan dengan panitia.
'Hadiah juara pertama apa pak?' terlontar pertanyaan iseng saya. 'Ga dapat apa2, kan pesertanya cuma sekedar menyalurkan hoby?' Salut! Semua peserta terlihat sangat antusias...padahal ga dapat apa2...

0 Response to "Pacu Jawi/Lomba Balap Sapi di Batusangkar"

Post a Comment

MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS