Di media-media cetak dan televisi nasional sering diberitakan tentang gajah yang berkonflik dengan manusia. Gajah memasuki ladang penduduk yang wilayahnya sebelum dijadikan pemukiman merupakan habitat gajah.
Kejadian seperti ini kemungkinan dikarenakan gajah mulai terdesak dengan ruang lingkup yang semakin menyempit. Lalu apa yang bisa dilakukan jika kejadian Gajah liar berkonflik dengan manusia berulang? Mahout bekerja sama dengan Polisi kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melakukan pengejaran terhadap Gajah liar yang bermasalah dengan manusia ini. Menurut situs WWF Indonesia Penangkapan Gajah Asia di Sumatera seharusnya dipandang sebagai jalan keluar terakhir dan hanya boleh dilakukan pada kawasan dimana habitat yang daya dukung alamnya tidak lagi memadai. Apabila sama sekali tidak dapat dihindarkan, perawatan yang sangat serius dari setiap langkah pada proses penangkapan dan pelatihan pasca penangkapan akan sangat dibutuhkan.
Apabila jalan terakhir ini yang harus ditempuh, Tim BKSDA, Polhut (Dishut)dan Mahout akan menelusuri jejak gajah di hutan-hutan dengan berbekal konsumsi seadanya. Mereka akan membius Gajah yang menimbulkan konflik ini. Kemudian diborgol/dirantai kaki gajah pada pohon-pohon besar di sekitar tempat gajah dibius. Apabila gajah yang ditangkap ini berukuran besar biasanya gajah akan diangkat dengan mobil traktor dan dipindahkan ke truk untuk selanjutnya dibawa ke Pusat pelatihan gajah. Namun apabila gajah yang ditangkap tidak terlalu besar, cukup ditarik dengan gajah lain yang sudah jinak dan bisa dikendalikan.
Menurut salah satu sumber, pernah ada kejadian yang merenggut korban jiwa saat penangkapan gajah liar yang merusak pemukiman. Gajah yang semula dijadikan target penangkapan, terlebih dulu berhasil mengangkat badan Mahout dengan belalainya. Dengan gerakan yang cepat gajah tersebut membantingkan tubuh Mahout yang malang ini ke tanah kemudian menginjak-nginjak dengan kakinya yang besar. Kejadian tersebut menyebabkan Mahout meninggal secara mengenaskan.
Cerita lain datang dari Mahout-mahout yang ada di Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto. Mahout-mahout ini berasal dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Riau. Bersama gajah-gajah mereka harus menempuh perjalanan dari (PLG) Minas Riau menuju Sawahlunto pada malam hari. Ketika udara dingin menggigit, para Mahout duduk di atas punggung gajah tidak kurang dari 13 jam dengan truk bak terbuka yang berjalan pelan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi gerakan gajah, agar tetap dalam keadaan tenang selama menempuh perjananan. Ketenangan gajah diperlukan sebab apabila gajah melakukan gerakan yang tidak terduga atau gajah merasa gelisah dapat menyebabkan jalannya mobil tidak stabil atau kemungkinan lain yang lebih buruk.
Dengan skill yang dimiliki, selain mendapat rezeki para Mahout mendapatkan kepuasan batin tersendiri ketika pengunjung merasa terhibur dengan atraksi yang dilakukan oleh gajah-gajah mereka.
NB: Lestarikan hutan dan lindungi satwa-satwa langka yang ada di dalamnya.
0 Response to "Mahout Part II"
Post a Comment
MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS