Gambaran Umum
Berkunjung ke objek wisata yang sudah terkenal adalah hal yang biasa bagi kebanyakan orang. Bahkan tak jarang, dilakukan berkali-kali. tanpa pernah terpikir untuk mencoba mencari pengalaman baru, berkunjung ke daerah atau tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya atau ke tempat yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.Berkunjung ke objek wisata yang jarang dipublikasikan dan jarang diketahui oleh orang banyak ternyata membawa pengalaman tersendiri, kita menemukan hal baru yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya. Minggu lalu, saya berkunjung ke objek wisata yang tidak seperti biasanya, yaitu objek wisata alam. Kali ini saya berkunjung ke Rumah Gadang 20 (dua puluh) ruang yang ada di Sulit Air, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Saya menuju Sulit Air dari pusat Kota Solok, menuju ke arah Danau Singkarak. Di sekitar daerah Sumani yang berada tidak begitu jauh dari Kota Solok. Kami belok kanan menuju Sulit Air dan mulai menempuh perjalanan yang tidak pernah kami tempuh sebelumnya. Pada awalnya kami sempat berpikir akan memasuki daerah hutan lindung karena tidak dijumpai rumah penduduk dan terlihat pohon-pohon besar di kiri kanan jalan. Tidak lama perjalanan tersebut ditempuh, terlihat banyak hal-hal yang memikat mata dalam perjalanan yang kami temui, termasuk pemandarangan ke arah Danau Singkarak dari Panorama, Tanjung Alai. Dari sini, Danau Singkarak terlihat menawan yang dikelilingi bukit-bukit dan rumah-rumah penduduk terlihat di kaki-kaki bukit tersebut. Sayangnya lokasi di Panorama Tanjung Alai ini tidak terawat dengan banyaknya sampah-sampah yang berserakan disekitarnya. Seperti membuang sampah sembarangan sudah merupakan hal yang biasa aja di objek wisata yang ada di Indonesia. Karena setiap berkunjung ke objek wisata, kebersihan objek dari sampah dan kebersihan toilet selalu menjadi permasalahan utama
Sesampai di sulit air, gerimis terasa membasahi kami, untungnya kami menemukan sebuah jembatan yang ada atapnya. Atap dari jembatan ini dibuat seperti atap kebanyakan rumah gadang yang ada di Sumatera Barat, yaitu mempunyai bentuk yang melengkung dan runcing pada ujungnya menyerupai tanduk kerbau. Bahkan, di jembatan tersebut juga dibuatkan 4 (empat) buah tempat duduk dari semen berbentuk Letter U sehingga kami bisa beristirahat disini sambil menunggu hujan reda. Melihat, sekitar-sekitar jembatan, ternyata pembangunan jembatan ini di soponsori oleh perorangan alias pribadi. Hal ini terlihat pada tulisan yang tertera pada jembatan "Jembatan ini di bangun pada tahun 1988 oleh DR.H. Muslim SH, MBA. Saya tidak mendapat informasi kenapa pembangunan jembatan ini dilakukan oleh perorangan bukan atas anggaran dana dari Pemerintah.
Rumah Gadang 20 Ruang
Rumah Gadang 20 Ruang |
Banyak sekali rumah gadang yang kita temukan di sulit air, tetapi konon rumah gadang 20 ruang ini merupakan rumah Gadang terbesar dan terpanjang di Nagari Sulit Air. Rumah Gadang ini mempunyai empat buah pintu utama dengan tangga dari kayu.
Berdasarkan data-data dari berbagai sumber, dan buku cagar budaya Provinsi Sumatera Barat diketahui bahwa Pembangunan rumah gadang ini pertama kali pada tahun 1820, tetapi terbakar dan kemudian dibangun kembali pada tahun 1902 dan selesai pada tahun 1907. Berdasarkan hal tersebut rumah gadang yang berdiri sekarang bukanlah rumah gadang yang pertama kali di bangun.
Penghuni Rumah Gadang ini dulunya sampai berjumlah 300 orang yang dikepalai oleh dua orang datuk yaitu Datuk Tamaroehoen dan Datuk Ampang Limo. Denah bangunan berkukuran 65.95 meter x 9,34 meter yang terbagi menjadi 20 ruang. Masing-masing ruang terbagi menjadi dua bilik untuk ruang tidur. Jumlah tiang sebanyak 5 deret pada bagian lebarnya dan 21 deret untuk bagian yang memanjang. Total tiangnya 105 tiang berbentuk seperti rumah panggung.
Bahan pembuatan rumah gadang ini semuanya terbuat dari kayu tanpa cat. Pemberian nama Rumah Gadang 20 Ruang sesuai dengan jumlah ruang/kamar yang berjumlah 20 buah. Dan pada tiap ruang ini mempunyai 2 bilik.
Bagian Dalam Rumah Gadang |
Pada salah pintu rumah gadang terlihat tulisan bahwa pemugaran terakhir rumah gadang ini dilakukan pada tahun 1993 atas swadaya masyarakat dan sempat diresimikan pada tanggal 21 Maret 1993 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, yaitu " Drs. H. Hasan Basri Durin.
Saat ini kondisi rumah gadang ini sudah memprihatinkan, tiang-tiang penyangga yang ada di ruangan tengah dari ujung ke ujung sudah banyak yang lapuk dan berlubang dan ditutupi dengan sejenis kertas pembungkus kado.
0 Response to "Rumah Gadang 20 Ruang "
Post a Comment
MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS