Sabtu, 15 Februari 2014. Hari relatif masih pagi, tatkala saya mendapat telpon dari salah satu warga Kota Solok yang menginformasikan terperangkapnya seekor Tapir di dalam kolam ikan masyarakat setempat. Dengan segera, saya mengkoordinir rekan2 dan membentuk tim dadakan untuk melakukan penyelamatan terhadap satwa yang merupakan salah satu yang dilindungi di Indonesia.
Merujuk pada Wikipedia, Tapir termasuk binatang herbivora pemakan dedaunan yang ditemuinya sepanjang hutan maupun pinggiran sungai. Tapir memiliki bentuk tubuh
seperti babi, telinga yang mirip badak dan moncongnya yang panjang mirip
trenggiling, sementara lenguhannya lebih mirip suara burung daripada
binatang mamalia. Tapir merupakan hewan yang soliter, kecuali pada musim kawin. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari. Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah dalam jalur yang berpindah-pindah.
Menjelang sore, saat persiapan telah selesai dilakukan, kami meluncur menuju lokasi dimana Tapir terperangkap. Tepatnya berada di Dusun Rimbang, Jorong Talago Guguk, Kecamatan Gunung Talang. Butuh kurang lebih 1 jam untuk saya beserta rombongan mencapai TKP. Saat tiba, di sekeliling kolam telah dipenuhi warga yang penasaran ingin melihat dari dekat hewan pemilik warna tubuh unik; hitam di kepala hingga leher dan sepanjang kaki, serta warna putih pada bagian tubuh dan sedikit pada ujung telinganya. Terperangkapnya hewan langka yang mempunyai nama ilmiah Tapirus Indicus tersebut, cukup menyita perhatian dan menjadi hiburan bagi masyarakat terutama anak-anak.
Tim evakuasi yang didampingi Drh. Idham Fahmi dan Drh. Syefrizal, mulai melakukan pembiusan pada Tapir sebelum membebaskannya dari dalam kubangan air. Anggota tim bergerak masuk ke dalam kolam manakala satwa tampak mulai melemah akibat reaksi obat bius. Pada detik ini, terlihat warga makin antusias menyaksikan jalannya proses evakuasi. Tontonan jadi makin terlihat seru manakala tali penggiring yang dilempar oleh anggota tim, sukses dihindari oleh
Tapir. Tak pelak, pecahlah tawa para bocah, begitupun dengan yang dewasa. Bagai ingin memancing gelak tawa, untuk kedua kalinya Tapir kembali bikin ulah saat hendak digiring masuk
ke kandang transport. Dalam keadaan mabok, Tapir mengeluarkan feces tanpa rasa bersalah. Alhasil, sorak penonton terdengar kembali, bahkan kali ini diselingi dengan tepuk tangan beberapa diantaranya. Hingga kemudian...berpuluh menit berlalu tanpa terasa. Dalam situasi yang tetap terkendali dan nyaris tanpa tantangan berarti, akhirnya tim berhasil memasukkan Tapir ke kandang transport yang ada di atas mobil; dan selanjutnya siap dibawa ke Taman Satwa Kandi, Kota Sawahlunto.
Masalahnya? hampir seluruh anggota tim kompak mengalami fenomena natural seusai evakuasi si Tapir. Entah kenapa kulit kami semua menjadi berasa ingin digaruk setelah penangkapan ini. Tak terkecuali saya. Padahal saya tidak menyentuh Tapir secara langsung loh, namun tak urung mendapat jatah juga, dihadiahi rasa gatal di seputar bawah alis mata kanan yang keesokan harinya menjadi bengkak hingga sekarang (saat postingan ini saya buat - YC). Jadi Kepo ... jurus apa sih sebenarnya yang dipakai si Tapir buat ngerjain kami hingga menderita berhari-hari? Duh ampyun deh...tobat...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mantap salut buat kru kebun binatang kandi, sekali lagi melakukan penuyelamatan hewan langka, dan slalu kompak. salam lestari... Buat kita semus
ReplyDelete