Air Terjun Tibarau, Rantih

Gara-gara merasakan serunya berpetualang mengunjungi objek air terjun sebelumnya, membuat saya dan teman-teman selalu ingin mengulang lagi perjalanan serupa setiap ada kesempatan. Kalau saja waktu dan kondisi memungkinkan, rencananya ingin menjelajah setiap sudut Sawahlunto yang menyimpan pesona tersembunyi. Tak perlu modal, hanya mempersiapkan badan yang fit; dengan konsekuensi, karena faktor U  fisik jadi gampang lelah atau kaki terasa pegal setelahnya. Toh itung-itung sambil menyelam minum air, refreshing murah sambil survey objek-objek potensial. Termotivasi motto salah satu teman, yang menggelitik semangat saya "Usia hanyalah angka, menjadi tua adalah pilihan, berjiwa muda merupakan takdir". Saya yang notabene sudah mulai berumur, tetap merasa enjoy karena punya niat dan minat ketika melakukan kegiatan menguras tenaga yang biasanya dilakukan oleh anak muda tersebut.

Di Objek Taman Wisata Kandi, Februari hingga April adalah bulan2 dengan tingkat kunjungan yang relatif sepi, yang sudah lazim seperti tahun-tahun sebelumnya. Senin kedua di bulan Maret 2013, kami trekking lagi. Kali ini tujuannya adalah Air Terjun Tibarau ...... Terusin ga ya? Lanjuttttt! Okay...Okay...Tibarau I'm coming....

Air Terjun Tibarau berada dalam kawasan Desa Wisata Rantih. Akses menuju air terjun Tibarau juga jalan yang sama menuju Air Terjun Sungai Bikan. Kurleb 30 menit selanjutnya, barulah berbelok ke arah yang berlawanan dengan saat melakukan perjalanan ke Sungai Bikan.

Air Terjun Tibarau Rantih
Bongkahan batu mirip gua
Perjalanan selanjutnya ditempuh menuju ke arah sumber air, yang berarti berlawanan dengan aliran sungai. Sampai di situ belum terasa beratnya medan. Makin jauh, rute semakin berat (meski tidak seberat perjalanan PP ke lubuk kuali). Pohon berbatang besar yang tumbang ke sungai cukup mengganggu karena tak jarang merintangi jalan, sehingga butuh usaha untuk melewatinya. Pada beberapa titik, harus berbasah-basah ria dengan dalamnya air sungai. Konsentrasi tetap dijaga dan perlu ekstra hati-hati jika tidak ingin terpeleset saat menginjak batu-batu yang tentu saja cukup licin. Terlihatnya jejak-jejak babi mengisyaratkan kalau satwa liar masih betah tinggal dan berkeliaran di sekitar hutan. Mata saya tertuju pada sekumpulan lebah yang bersarang di tebing, sempat kepikir "coba dekat dengan tempat tinggal saya, bisa sering ngecek, kalau-kalau madunya ngumpul banyak...lumayan bisa dipanen nih" . Kami meneruskan perjalanan hingga sampai pada sebuah pintu..... Gua?? Ternyata bukan. Setelah didekati dan mencoba masuk, harus menelan sedikit kecewa sebab tak ada stalagmit maupun stalagnit seperti bayangan saya. Gua-guaan tersebut hanyalah sebuah batu besar berlubang yang tembus tak jauh dari pintu masuknya.

Air Terjun Tibarau Rantih
Juntaian akar pohon mendekorasi air terjun
Akhirnya....We are here, standing in front of " Air Terjun Tibarau". Air Terjun Tibarau bertingkat dua dengan ketinggian berbeda, dimana yang lebih rendah mempunyai luncuran lebih panjang. Kalau saja saya belum pernah mengunjungi objek air terjun eksotis sebelumnya, pasti akan tersihir melihat Tibarau. Bagaimana tidak, Tibarau tidak kalah dibandingkan Sungai Bikan atau Lubuk Kuali. Di tengah hutan yang mengelilinginya, Tibarau terlihat anggun dihiasi lilitan akar pohon yang menjuntai, yang menambah pesona air terjun ini. Sayangnya, lubuk yang terkesan kotor sedikit mengusik pemandangan karena dipenuhi oleh gelondongan kayu, terutama pada jatuhnya air terjun bagian atas. Kayu-kayu tersebut berasal dari pohon-pohon di sekitar yang tumbang namun tidak terbawa arus karena terhalang bebatuan. 

Anggapan bahwa Sumatera Barat adalah surganya para fotografer memang benar adanya. Dari sekian Air Terjun di Sawahlunto yang pernah saya kunjungi, masing-masing mempunyai keunggulan. Kekayaan objek alam di Sawahlunto hanyalah salah satu dari objek menarik yang dipunyai Sumatera Barat yang butuh perhatian. Masih banyak objek potensial di daerah lain yang bahkan bagi saya yang penduduk asli hanya sempat mendengar gaungnya samar-samar.

0 Response to "Air Terjun Tibarau, Rantih"

Post a Comment

MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS