Dari cerita para Mahout Taman Satwa Kandi, pada awal menjadi pawang gajah rata-rata mereka masih mempunyai rasa takut, namun perasaan takut harus ditekan begitu menaiki gajah untuk pertama kali. Tak jarang gajah-gajah menguji nyali para Mahout pemula. Dengan berbagai cara para gajah tersebut mencoba menjatuhkan Mahout pemula dari punggungnya.
Secara rutin, kegiatan para Mahout selain memberi makan adalah memandikan gajah sebanyak 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Danau Tandike yang berada di Kawasan Wisata Kandi dimanfaatkan untuk tempat memandikan gajah-gajah tersebut. Sewaktu memandikan gajah, Mahout menjadi ikut basah seluruh bagian tubuhnya karena harus berendam di dalam danau ketika menggosok punggung gajah.
Mahout menandai bahwa Gajah jantan secara berkala mengalami lonjakan hormon yang dikenal sebagai musth. "Musth" adalah kata Hindi yang berarti 'mabuk'.Hal ini dapat berlangsung hingga enam puluh hari. Pada saat mengalami musth, Mahout mengeluhkan bahwa gajah menjadi sulit untuk di kontrol dan dikendalikan. Belajar dari pengalaman, para Mahout menarik kesimpulan bahwa ketika gajah jantan dalam keadaan "musth," cara efektif untuk mengendalikan gajah adalah dengan membuat gajah lemah. Trik yang dilakukan yaitu mengurangi porsi makan dari biasanya. Untuk alasan ini, pawang terpaksa mempersingkat durasi gajah jantan 'musth dengan mengikat gajah dengan pohon yang kuat untuk melemahkan keagresifannya selama 5-7 hari. Pada saat itu gajah jantan tidak diberi makan pelepah kelapa (makanan utama gajah) namun agar gajah tidak kelaparan, tetap diberi rumput-rumput dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Selain itu sewaktu kunjungan ke Taman Satwa Kandi lengang, mahout melakukan berbagai aktifitas untuk melatih ketrampilan gajah-gajah mereka.
0 Response to "Mahout atau Pawang Gajah (bag. I)"
Post a Comment
MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS