Gedung Pusat Kebudayaan Kota Sawahlunto
Bangunan yang terletak di pusat Kota Sawahlunto ini dibangun pada tahun 1910. Ketika itu, gedung tersebut berfungsi sebagai gedung pertemuan (societeit). Di tempat ini para pejabat pemerintah kolonial pertambangan berkumpul untuk menghibur diri. Belanda juga memberi nama gedung ini Gluck Auf. Kadangkala tempat ini disebut juga dengan Gedung Bola, oleh karena pada salah satu sisi bangunannya dijadikan sebagai tempat bermain olahraga bowling dan billiard bagi para pejabat Belanda di Sawahlunto pada masa itu. Setelah Indonesia merdeka seiring dengan berakhirnya penjajahan Belanda, gedung ini dijadikan sebagai Gedung Pertemuan Masyarakat ( GPM ). Bangunan megah ini juga pernah dimanfaatkan sebagai kantor oleh Bank Mandiri hingga tahun 2005. Setelah dilakukan revitalisai, pada tanggal 1 Desember 2006, gedung ini dijadikan sebagai Gedung Pusat Kebudayaan Kota Sawahlunto.
Kantor PT. BA UPO
Di Kota Sawahlunto terdapat sebuah lapangan yang dikenal dengan nama lapangan Segitiga. Di tempat tersebut sering diadakan berbagai kegiatan baik oleh pemerintah maupun swasta. Lapangan ini adalah halaman sebuah kantor besar, yaitu Kantor PT. BA Upo. Bangunan tersebut juga merupakan bangunan peninggalan pemerintah kolonial yang dibangun pada tahun 1916. Seperti fungsinya saat ini, gedung tersebut pada masa Pemerintahan kolonial juga dijadikan sebagai kantor pertambangan batu bara Ombilin.
Rumah Pek Sin Kek
Pada zaman dahulu tidak semua orang yang datang dari luar daerah ke Sawahlunto bertujuan bekerja di sektor pertambangan batu-bara. Mereka juga datang untuk tujuan berdagang. Salah satunya adalah seorang Cina bernama Pek Sin Kek. Pek Sin Kek adalah pedagang beretnis Tionghoa asli yang sukses pada masa itu. Sebagai seorang pedagang sukses Pek Sin Kek mampu membangun tempat usaha yang juga sebagai tempat tinggal keluarganya di kawasan pasar Sawahlunto. Rumah Pek Sin Kek, pernah dijadikan sebagai tempat untuk berbagai usaha. Diantaranya dijadikan sebagai gedung theater hingga pabrik es. Bangunan yang berciri arsitektur Cina yang kental tersebut, juga pernah dijadikan sebagai gedung Perhimpunan Masyarakat Melayu. Rumah Pek Sin Kek hingga kini masih terlihat kokoh. Nampak unik dan menonjol diantara bangunan-bangunan di sekitarnya. Bangunan tersebut kini termasuk dalam salah satu benda cagar budaya. Bangunan yang dilestarikan itu sekarang ini dihuni oleh keturunan Tionghoa lain yang membelinya dari keluarga keturunan Pek Sin Kek. Sempat dipugar pada tahun 2005-2006 dan saat ini oleh pemiliknya dijadikan sebagai souvenir shop.
Museum Goedang Ransoem
Museum Goedang Ransoem didirikan pada tahun 1918. Dulunya Museum ini dibangun untuk dijadikanDapur Umum, tempat memasak untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi buruh tambang. Pada saat Dapur Umum ini dibangun, Pemerintah Kolonial sudah memanfaatkan kemajuan teknologi. Untuk memasak dengan jumlah banyak telah digunakan teknologi uap panas.
Selain dapur untuk memasak, terdapat juga beberapa bangunan yang memiliki fungsi lain. Bangunan-bangunan yang ada di tempat tersebut terdiri dari:
- Bangunan Utama (Dapur Umum)
- Gudang persediaan bahan mentah dan padi
- Steam Generator (Tungku Pembakaran) buatan Jerman tahun 1894
- Menara cerobong asap
- Pabrik es batangan
- Klinik kesehatan
- Kantor Koperasi
- Heuler (Penggilingan padi)
- Rumah kepala ransum
- Rumah karyawan
- Pos penjaga
- Rumah Jagal hewan
- Rumah Hunian kepala rumah potong hewan
Kegiatan memasak pada Dapur Umum tersebut dapat dikatakan dalam skala besar. Setiap harinya dari Dapur Umum ini rata-rata dihasilkan nasi yang diolah dari 65 pikul beras. Dengan demikian dapat dipastikan Dapur Umum mampu melayani kebutuhan makan bagi ribuan orang. Untuk itu semua peralatan masak yang digunakan mempunyai ukuran relatif besar. Diameter periuk pemasak nasi dan sayur yang digunakan adalah 124 - 148 cm dengan tinggi 60 - 70 cm dan ketebalannya mencapai 1,2 cm.
Sejak tahun 1945 Dapur Umum tidak lagi efektif sebagai penyedia kebutuhan makanan bagi pegawai tambang. Pada tahun tersebut tempat itu diambil alih oleh tentara pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Dapur Umum digunakan untuk memasak makanan yang diperuntukkan bagi Tentara Kedaulatan Republik Indonesia (TKRI). Kemudian pada tahun 1948 Dapur Umum kembali beralih fungsi. Seiring kedatangan kembali Belanda ke Indonesia, Dapur Umum dipergunakan untuk memasak makanan bagi tentara Belanda. Aktifitas memasak yang terjadi di Dapur Umum mulai berhenti sejak tahun 1950 hingga sekarang. Berbagai perubahan fungsi telah dilalui di Dapur Umum seperti :
- 1950 s/d 1960 dimanfaatkan sebagai penyelenggaraan Administari PT. BO
- 1960 s/d 1970 dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan formal setingkat SMP.
- 1970 s/d 2005 difungsikan sebagai hunian karyawan tambang.
Melihat latar belakangnya, bekas Dapur Umum tersebut begitu banyak menyimpan sejarah perjalanan Kota Sawahlunto. Seiring visi dan misi Pemerintah Daerah yang mencanangkan, bahwa pada tahun 2020 "Sawahlunto menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya", maka bekas Dapur Umum ini ditetapkan menjadi sebuah Museum. Kemudian pada tanggal 17 Desember 2005 bekas Dapur Umum diresmikan menjadi Museum Gudang Ransum oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak M. Jusuf Kalla.
Gedung Koperasi Ombilin
Pada mulanya tempat berkumpulnya transaksi jual beli yang ada di Sawahlunto dilakukan pada lapangan terbuka. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tempat khusus yang menampung para pedagang. Kemudian pada tahun 1920, Pemerintah Belanda membangun sebuah Loods (Los), sehingga kegiatan pasar kemudian beralih di tempat tersebut. Selain membangun los, di tahun yang sama dibangun juga sebuah Toko Koperasi "Ons Belang" yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Eropa dan Indo-Eropa yang ada di Sawahlunto. Harga barang yang dijual di koperasi ini lebih murah dari harga yang beredar di pasar. Sehingga, orang-orang tambang lebih memilih untuk membeli kebutuhan yang dijual di koperasi "Ons Belang". Bangunan yang terletak bersebelahan dengan Gedung Santa Lucia tersebut hingga kini masih difungsikan sebagai gedung koperasi milik PT BA UPO.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Bangunan-bangunan Tua di Sawahlunto"
Post a Comment
MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS