Wayang Kulit

Wayang kulit di Sawahlunto
Bayangan Pertunjukan Wayang Kulit
Wayang kulit adalah Seni tradisional Indonesia yang berkembang di Jawa. Kata wayang sendiri berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan dalam istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan'. Hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton pertunjukan wayang dari belakang layar untuk melihat bayangannya saja. Wayang kulit ini dimainkan oleh seorang Dalang yang juga menjadi narator dari tokoh-tokoh wayang yang dimainkan dan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan oleh sekelompok orang yang ahli memainkan musik gamelan (Nayaga), serta dinyanyikan oleh pesinden.

Sebagai salah satu cara untuk mendongkrak pariwisata Sawahlunto, maka pemerintah Kota Sawahlunto mengadakan pertunjukan wayang secara rutin yang sudah diselenggarakan setiap
tahunnya. Pertunjukan wayang di Sawahlunto untuk kali keduanya ini diselenggarakan pada tanggal 9-11 Oktober 2014 bertempat di Kawasan Silo (Tempat yang dulunya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan batu bara). Pertunjukan wayang ini bertemakan "Festival Wayang Nusantara II" karena acara diisi oleh kelompok-kelompok wayang yang ada di berbagai daerah. Pada tahun ini Festival Wayang Nusantara di Sawahlunto diisi oleh kelompok wayang dari:
  1. Paguyuban Bina Laras (Sawahlunto), Lakon Sedulur Sawahlunto dan Dalang Ki KRHT Sriyanto Dwijo Wiguno
  2. Paguyuban Sekar Arum (Lampung), Lakon Dewa Ruci dan Dalang Ki KRHT Gondo Sutikno
  3. Paguyuban Kridha Budaya (Kab. Pasaman - Sumatera Barat), Lakon Jara Sanda dan Dalangnya  Ki Sugito Yanto
  4. Paguyuban Porsiba (Sumatera Selatan), Lakon Senopati Pinilih dan Dalangnya Ki Eko Wahyu
  5. Paguyuban Flamboyan Asri (Riau), Lakon Banjaran Karno dan Dalangnya Ki Mulyanto
  6. Paguyuban Ngesthi Raras (Kab. Dharmasraya - Sumatera Barat), Lakon Bambang Sutejo Dadi Ratu dan Dalangnya Ki Jumari Guno Carito
  7. Paguyuban Dharma Muda (Provinsi Jambi), Lakon Gondomono Sayembara dan Dalangnya Ki Sukri Asmoro
Selain diisi oleh paguyuban wayang tersebut diatas, acara Festival Wayang Nusantara II juga dimeriahkan oleh Paguyuban Karawitan SD Negeri 189/II Sarimulya, Kec. Jujuhan Ilir, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi serta oleh kelompok Paguyuban Karawitan dari Man Sawahlunto, Sumatera Barat. 

Walaupun acara Badan dunia UNESCO pada tanggal 7 November 2003 telah mengakui wayang kulit merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan merupakan warisan yang indah dan berharga, namun hal ini bukan berarti membuat sebagian besar orang Indonesia merasa untuk mempertahankan dan melestarikannya. Acara wayang kulit malam berjalan lancar dan menarik, ironisnya membuat hati sedikit galau. Pertunjukan hanya ditonton oleh segelintir orang, rata-rata adalah masyarakat keturunan suku Jawa yang telah menetap berpuluh tahun di Sawahlunto. Orang muda sepertinya tidak berminat untuk menonton pertunjukan tersebut. Padahal di tempat yang sama sewaktu diadakan acara konser "TEGAR" penonton antusias meski harus berdesak-desakan. Sempat teringat kata2 salah satu dalang yang bikin hati JLEB, "suatu hari nanti ketika tak ada lagi generasi penerus yang belajar tentang wayang kulit bisa jadi orang Indonesia harus pergi ke luar negeri jika ingin belajar ilmu pewayangan, sebab justru warga negara asing yang sekarang ini mempunyai atensi dan belajar mengenai budaya wayang". Salah siapa? entahlah...

0 Response to "Wayang Kulit"

Post a Comment

MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS